Malam, Sang kunang telah menyalahkan lampu
Mata semua orang sudah mulai kaku
Aku dan sahabatku menciptakan lagu
Kita nyanyikan saat kau datang di mimpiku
Debat, Suara hening mulai berisik di telingga
Dengan senang hati kudengar dia bercerita
Pura-pura paham meskipun tak tau maksudnya
Hanya menuggu ia diam kehabisa kata
Tenang, kusandarkan letih pada buaian rindu
Semilir kutukan alam membuat risau
Terdampar di dunia dengan ilusi semu
Terbang kenirwana keinginan jiwaku
Dengar, suara penduduk langit kini seirama
Membuka jalan untuk pergi kenirwana
Membuka hati untuk menyebut Nama-Nya
Hanya butuh rasa bukan dengan telingga
Mata semua orang sudah mulai kaku
Aku dan sahabatku menciptakan lagu
Kita nyanyikan saat kau datang di mimpiku
Debat, Suara hening mulai berisik di telingga
Dengan senang hati kudengar dia bercerita
Pura-pura paham meskipun tak tau maksudnya
Hanya menuggu ia diam kehabisa kata
Tenang, kusandarkan letih pada buaian rindu
Semilir kutukan alam membuat risau
Terdampar di dunia dengan ilusi semu
Terbang kenirwana keinginan jiwaku
Dengar, suara penduduk langit kini seirama
Membuka jalan untuk pergi kenirwana
Membuka hati untuk menyebut Nama-Nya
Hanya butuh rasa bukan dengan telingga
Keren mas puisinya (y)
BalasHapusHehe.. Keren :)
Hapusketika mengingat seseorang, dan namanya siapa
BalasHapusNamanya yang punya nama :)
Hapusdefa rahmadhani wao...
bagus
BalasHapusYeeeee...... :))
HapusAdeummm nih puisinya, nyaman masuk ke hati mas.. Siiipppp.. :)
BalasHapus#Tepok tangan
HapusAdem puisinya mengandung AC mungkin.
Iya kayaknya, mengandung AC, hehehe :)
HapusMengandung kulkas bisa :) hehehe
HapusHaha mengandung apalagi ya dingin-dingin, hehe, mengandung air hujan dan banjir, wkwkwkwkw :)
HapusYotttttt... Wkwkwk
HapusSang kunang telah menyalahkan lampu ---> menyalakan maksudnya?
BalasHapusgw suka yang ini ---> Hanya butuh rasa bukan dengan telingga
Iya menyalakan betul,,,,, :) ah udah terlanjur se mas..
HapusKalo suka dibungkus aja mas :)
karetnya dua ya, biar ga ketukaer
HapusYang pedas binggo itu...
Hapussekalian rujak cingurnya satu bro
Hapustenang,,, enak banget baca puisinya, Mo shodik haha
BalasHapusMo sidik itu muh......
BalasHapus#Mendadak gue membesar.
ya itu kan hampir mirip lah
HapusYa si..... Boleh lah. :)
HapusKeren keren... bangeet..
BalasHapusCuma butuh telinga, ~ :-)
Keren ya :)) #salto
HapusAsiiig edisi relijiusss
BalasHapusAlhamdulillah, masih di beri kenikmatan nafas oleh Tuhan Yang Maha Esa. :)
HapusaZiggk
"Debat, Suara hening mulai berisik di telingga
BalasHapusDengan senang hati kudengar dia bercerita
Pura-pura paham meskipun tak tau maksudnya
Hanya menuggu ia diam kehabisa kata"
Aku suka bait ini...., mengena bangaat... kadang aku terjebak dalam kondisi seperti ini... dan hanya aksara yang yang bisa mengutarakan
Lewat aksara kamu mengutarakannya,, dan aku percaya itu.... Kamu pandai meraciknya setiap kalimat kau buat hidup seolah bernafas.
Hapuskembali untuk selalu mengingat dan menyebut nama-Nya,karena kite trkadang lupa.
BalasHapusIya Manusia tempatnya salah dan lupa... Brow :)
BalasHapuskata katanya itu loh suara hening berisik di telinga. heheh
BalasHapusbanyak yang lupa sudah dengan namaNya. lupa oleh kesibukan yang tak berujung meskipun kuang sudah ingatkan.
Iya mag kesibukan yang semakin padat merayap ini yang menjadi salah satu penyebabnya.
HapusSelamat tahun baru mang adul. Semoga sukses.
berisi dan bermakna :)
BalasHapus:) makasih
HapusMakan.Makan yuk.. :)
keren nur, gue sukaa \m/
BalasHapusBungkus aja gan... ;) hehe
HapusSelamat tahun baru gan..
cerdas puisinya. plihan kata2nya sya suka...
BalasHapusslam knal dan salam blogwalking...
Terimakasih udah mampir... Salam kenal. Siap merapat kapten. Hehe
Hapusnice informasinya kawan
BalasHapushttp://obatginjalbocorterampuh.blogspot.com
Menarik, suara penduduk langit :)
BalasHapusnice information.. :)
BalasHapusObat Jantung Bengkak
Puisi religius nih
BalasHapusmengingatkan pada sang Maha Pencipta
Semoga puisi ini membuat hati resah menjd tentram