Luka lama diam-diam mengajak berbincang di bawa langit malam, dia mencari sajak untuk membuka cerita kenangan usang, sedikit mencibir mendung yang tidak mengijinkan mata melihat bintang, angin mengucap mantra mengundang hujan untuk datang, bulan kadang mengintip di balik awan terlihat seperti menantang.
punguk mengerutu di ranting cemara,
mencari kawan untuk bercerita,
"ku kira kau tertawa"
selama ini aku salah menerka.
(bukan... bukan itu tujua luka menemui rasa.... saat gelam mencumbu langit dia memutar kata yang akan buatku susah)
Luka lama berbisik menceritakan tentang bening ketelinga ku. "cukup! lain waktu saja!" menyipitkan mata, memahat dahi, suara desahan, hem... senyum pahitnya tertangkap, membuat ku kualahan tuk bersikap, dingin malam ini tak bisa menahan kepalaku yang menguap, ternyata kuku luka sangat tajam, taringnya hitam legam, matanya merah menyimpan dendam. itulah alasan sederhanaku menyuruh dia jauh hilang dari dihadapan ku.
lalu.... ...
angin membawa nyanyian lonceng dari perbatasan desa, sepi mengantarkan nya memperjelas irama, mata yang lelah menghitamkan suasana, mimpi merayap kedalam lamunan anak dari manusia, kadang menguatkan kadang juga mematahkan, "itulah mimpi bukan teman bukan lawan"
akhirnya di malam yang pekat ini dia datang dengan anggun dia berjalan memasuki tubuhku menyelimuti hatiku, menenagkan naluriku dia yang di sebut "lelah" adalah sahabatku, dia setia mengantar jiwa ke dunia yang berbeda, dunia yang tak ada rasa sakit di dalamnya.
Aku nahkoda tubuhku berjalan semauku. di tiga kegelapan tinggalku, kadang aku membeku, kadang malu-malu ku tersapu.
aku nahkoda tubuhku sahabat dari api lilin yang menari-nari meskipun terbakar dia tetap takperduli.
aku,nahkoda,tubuhku kita tiga bukan satu, ingat kita tiga bukan satu,
jangan mengerutu di ranting cemara... mencari kawan tuk bercerita...
punguk mengerutu di ranting cemara,
mencari kawan untuk bercerita,
"ku kira kau tertawa"
selama ini aku salah menerka.
(bukan... bukan itu tujua luka menemui rasa.... saat gelam mencumbu langit dia memutar kata yang akan buatku susah)
Luka lama berbisik menceritakan tentang bening ketelinga ku. "cukup! lain waktu saja!" menyipitkan mata, memahat dahi, suara desahan, hem... senyum pahitnya tertangkap, membuat ku kualahan tuk bersikap, dingin malam ini tak bisa menahan kepalaku yang menguap, ternyata kuku luka sangat tajam, taringnya hitam legam, matanya merah menyimpan dendam. itulah alasan sederhanaku menyuruh dia jauh hilang dari dihadapan ku.
lalu.... ...
angin membawa nyanyian lonceng dari perbatasan desa, sepi mengantarkan nya memperjelas irama, mata yang lelah menghitamkan suasana, mimpi merayap kedalam lamunan anak dari manusia, kadang menguatkan kadang juga mematahkan, "itulah mimpi bukan teman bukan lawan"
akhirnya di malam yang pekat ini dia datang dengan anggun dia berjalan memasuki tubuhku menyelimuti hatiku, menenagkan naluriku dia yang di sebut "lelah" adalah sahabatku, dia setia mengantar jiwa ke dunia yang berbeda, dunia yang tak ada rasa sakit di dalamnya.
Aku nahkoda tubuhku berjalan semauku. di tiga kegelapan tinggalku, kadang aku membeku, kadang malu-malu ku tersapu.
aku nahkoda tubuhku sahabat dari api lilin yang menari-nari meskipun terbakar dia tetap takperduli.
aku,nahkoda,tubuhku kita tiga bukan satu, ingat kita tiga bukan satu,
jangan mengerutu di ranting cemara... mencari kawan tuk bercerita...
Errr..... Keren sekali. Ini puisi apa sajak yaa?
BalasHapusPenggunaan kata kata yg jarang dipake, tapi enak juga buat dibaca.
gak tau gue ji.... gue campur canpur gtu.. uhuk...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusLebih tepatnya mungkin sebuah prosa, terlepas dari itu tulisannya keren broo, suka sama tulisannya
BalasHapusterima kasih mas.... hehe
Hapuskalo suka sama orangnya bisa tanda tanya tuh
HapusKucuma bisa berkata wowww
BalasHapussetelah nyangsang di singapur, kok terus gak mau posting gtu, :))
Hapuswowwwww juga
HapusMove on doooongs..
BalasHapusgak sanggup beb....
Hapus